Jangan duduk di depan pintu jika tidak ingin sulit jodoh. Wahh rasanya peringatan itulah yang masih sering kita ingat dari kakek nenek kita. Bahkan ibu kita pun masih sering menyuarakan pada kita yang notabene jaman sekarang selalu meminta penjelasan tentang setiap larangan. jaman dahulu memang banyak larangan-larangan yang berdasarkan dengan kondisi jaman dahulu. Sebenarnya larangan itu sepertinya sudah tidak bisa diberlakukan di situasi dan kondisi sekarang ini. Namun sayangnya kakek nenek kita tidak faham dengan hal itu. Mereka seringkali tetep kekeuh akan larangan tersebut.
Sebagai anak muda kita memang banyak protes jika disuarakan larangan seperti itu. Karena kita belum mengetahui mengapa dan apa dasarnya sehingga larangan seperti itu muncul. Seperti larangan untuk tidak duduk di depan pintu jika tidak ingin sulit jodoh. Nah, agar kita lebih memahami nenek kita yangsering menyuarakan hal itu, ada baiknya jika kita mengetahui sejarah terbentuknya larang tersebut.
Budaya Luhur Jaman Dahulu
Larangan untuk tidak duduk di depan pintu memang terbentuk di kala kakek nenek kita masih muda. Hal ini berhubungan dengan budaya lama mengenai seorang wanita dan pria. Kakek nenek kita percaya jika duduk di depan pintu dapat menjauhkan jodoh. Hal in dikarenakan pada jaman dahulu seorang laki-laki sangatlah pemilih dalam menentukan calon istrinya. Laki-laki jaman dahulu sangat menjunjung tinggi wanita terhormat, selalu menjaga tingkah lakunya di dalam rumah, selalu di jaga orang tua untuk didalam rumah dengan mempelajari keterampilan, dan tidak menunjukan dirinya pada sembarang pria. Nah, jika ada seorang wanita yang sering berdiri di depan pintu ditakutkan akan banyak pria yang menganggap wanita itu bukan wanita baik-baik karena tidak menjaga dirinya dari pria lain. Maka dari itu, munculah larangan tersebut.
Budaya Luhur Yang Mulai Luntur Di Jaman Sekarang
Melihat sejarah dan asal-usul terbentuknya larangan tersebut memang sepertinya sangat beralasan dan mendasar bukan? Ya, tentu saja semua itu untuk kebaikan kaum wanita. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan larangan tersebut. Sayangnya saat ini budaya luhur tersebut sudah mulai luntur tergerus budaya barat dan teknologi. Hingga banyak wanita yang tak sungkan lagi memamerkan kecantikanya pada semua pria. Bahkan banyak yang terang-terangan membuka aurat dan memasangnya di media-media sosial. Hal ini sungguh sangat miris, budaya baik dan luhur diolok-olok tetapi budaya barat yang berbahay justru dibanggakan. Ada baiknya jika beberapa diantara kita ada yang menghidupkan kembali larangan tersebut. Menghidupkan bukan dengan benar-benar menyuarakan larangan tersebut secara mentah, namun menyesuaikan dengan kondisi saat ini. Yaitu menjaga kehormatan kita sebagai wanita untuk memberikan yang terbaik pada suami kita kelak.
Sebagai wanita baik yang ingin mendapat laki-laki yang baik pula sebaiknya kita memang mengaca dengan budaya luhur jaman dahulu. Alangkah indahnya seorang wanita yang menyimpan pandangan dan kecantikanya hanya untuk satu laki-laki yaitu suaminya. Hal ini juga sangat berdasar dengan aturan agama sebagaimana banyak tertulis di Alquran dan Alhadist untuk selalu menutup aurat dan menjaga pandangan kita terhadap laki-laki lain yang bukan muhrimnya.
Nah, bagaimana? Setelah membaca penjelasan singkat diatas pastinya kita sudah faham betul dengan larangan tersebut. Maka dari itu kita boleh tidak begitu patuh dengan larang tersebut, namun kita juga tidak boleh meremehkan larangan tersebut. Karena kita telah mengetahui sendiri bahwa larangan nenek dan kakek kita tersebut memiliki maksud yang baik.
0 komentar:
Posting Komentar